Personal Clouds – Studi terbaru mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa orang kaya ternyata lebih rentan secara statistik terkena kanker. Kanker merupakan penyebab kematian terbesar kedua di dunia, dan tak ada yang ingin terjangkit penyakit mematikan ini. Studi terbaru yang dilakukan oleh Universitas Helsinki, Finlandia, membahas kaitan antara status sosial ekonomi (SES) dan risiko kanker.
Menurut penelitian tersebut, orang dengan penghasilan tinggi lebih cenderung memiliki risiko genetik terhadap kanker payudara, prostat, dan jenis kanker lainnya. Faktanya, mereka yang menikmati kehidupan lebih mapan secara finansial ternyata lebih sering didiagnosis dengan kanker. Walaupun mereka memiliki akses lebih baik ke perawatan kesehatan.
“Baca Juga: Kapalan (Callus), Mengapa Terjadi dan Cara Efektif Mengatasinya”
Sebaliknya, golongan masyarakat yang kurang mampu lebih sering mengalami penyakit lain. Penyakit ini seperti diabetes, radang sendi, depresi, alkoholisme, obesitas, dan kanker paru-paru.
Fiona Hagenbeek, pemimpin studi dari Institut Molekuler Finlandia (FIMM), berpendapat bahwa orang kaya memiliki akses yang lebih baik terhadap pemeriksaan medis dan pengetahuan lebih tentang kesehatan. Ini berarti, meski mereka lebih rentan, deteksi dini dan diagnosa kanker di kalangan orang kaya jauh lebih tinggi.
Hagenbeek juga mengungkapkan bahwa skor risiko poligenik—ukuran risiko berdasarkan genetika—dapat membantu lebih banyak penyakit terdeteksi dengan lebih akurat dan lebih awal. Semakin banyak skrining dilakukan, semakin banyak penyakit yang terungkap, termasuk kanker, yang memungkinkan penanganan lebih cepat dan pencegahan yang lebih efektif.
Dengan temuan ini, Hagenbeek menyarankan penyesuaian dalam protokol skrining kanker. Misalnya, perempuan dengan risiko genetik tinggi dan pendidikan tinggi dapat menerima skrining lebih awal atau lebih sering dibandingkan mereka yang memiliki pendidikan rendah dan risiko genetik lebih rendah.
Penelitian ini tidak hanya membuka mata tentang pentingnya faktor sosial ekonomi dalam menentukan risiko penyakit. Namun, juga menyoroti perlunya pendekatan yang lebih tepat dalam skrining kesehatan. Meski penelitian ini berfokus pada individu keturunan Eropa, Hagenbeek dan timnya mendorong studi serupa dilakukan di negara-negara berpenghasilan rendah untuk memahami lebih dalam bagaimana profesi dan status sosial memengaruhi kesehatan.
“Simak Juga: Daya Ingat Menurun Seiring Pertambahan Usia, Mengapa?”