Personal Clouds – WHOIS adalah layanan yang menyediakan informasi kepemilikan sebuah domain. Saat seseorang mendaftarkan domain, data pribadi seperti nama, alamat rumah, nomor telepon, dan email akan masuk ke dalam database publik WHOIS Privacy yang bisa diakses siapa saja. Tujuannya memang untuk transparansi, agar pemilik domain dapat diverifikasi apabila terjadi pelanggaran atau sengketa hukum.
Namun, keterbukaan data ini menghadirkan risiko besar. Informasi pribadi yang mudah ditemukan dapat menjadi sasaran empuk bagi spammer, scammer, atau bahkan pihak yang berniat melakukan pencurian identitas. Tidak jarang pemilik domain menerima spam email, telepon penipuan, hingga ancaman serius karena data mereka muncul di WHOIS tanpa perlindungan tambahan.
WHOIS Privacy Protection atau privasi domain merupakan fitur tambahan yang ditawarkan penyedia registrar untuk menyamarkan data asli pemilik domain. Alih-alih menampilkan informasi pribadi, sistem akan menggantinya dengan data proxy milik penyedia layanan. Artinya, publik tetap bisa melihat bahwa domain valid, tetapi tidak dapat mengakses informasi sensitif dari pemilik sebenarnya.
Ketika fitur ini aktif, yang ditampilkan di WHOIS adalah kontak generik atau alamat email pengganti. Sistem biasanya tetap menyediakan layanan penerusan pesan sehingga komunikasi penting bisa diterima tanpa harus membuka alamat email pribadi. Dengan begitu, pemilik domain tetap aman dari ancaman, tetapi tidak kehilangan akses komunikasi dengan pihak luar.
Baca Juga : AI-Powered Hosting Lokal Indonesia: Cepat, Aman, dan 100% Gratis
Ada banyak manfaat yang membuat WHOIS Privacy menjadi layanan penting bagi siapa pun yang memiliki domain, baik individu maupun perusahaan. Berikut beberapa keuntungan yang bisa didapat:
Meski memiliki banyak manfaat, WHOIS Privacy bukan tanpa kelemahan. Beberapa hal perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan menggunakannya.
Pertama, tidak semua ekstensi domain (TLD) mendukung layanan privasi ini. Ada domain tertentu yang tetap mewajibkan data pemilik terbuka, sesuai aturan lembaga pengelola. Pemilik domain perlu mengecek lebih dulu apakah TLD yang dipilih kompatibel dengan privasi WHOIS.
Kedua, dalam konteks bisnis, menyembunyikan data kadang menimbulkan pertanyaan. Calon pelanggan mungkin merasa kurang yakin bila domain perusahaan tidak menampilkan kontak resmi. Karena itu, perusahaan biasanya menyeimbangkan antara privasi dan transparansi dengan tetap mencantumkan informasi resmi di website meski WHOIS disembunyikan.
Selain itu, privasi WHOIS bukanlah satu-satunya bentuk perlindungan. Pemilik domain tetap perlu mengamankan akun registrar dengan password kuat, autentikasi dua faktor, dan email yang aman. Privasi WHOIS hanyalah lapisan tambahan yang melengkapi strategi keamanan digital secara menyeluruh.
Simak Juga : Mengenal Diabetes Tahap 1 pada Anak: Gejala dan Pentingnya Deteksi Dini
Mengaktifkan WHOIS Privacy relatif sederhana. Umumnya, penyedia registrar menawarkan fitur ini pada saat pembelian domain atau melalui pengaturan panel kontrol.
Daripada menutup dengan kesimpulan, menarik untuk melihat WHOIS Privacy sebagai bagian dari tren keamanan digital yang makin dibutuhkan. Di era ketika data pribadi menjadi komoditas berharga, pemilik domain semakin sadar bahwa perlindungan privasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Dengan meningkatnya kasus pencurian identitas dan penipuan online, WHOIS Privacy akan terus berkembang sebagai standar keamanan tambahan. Masyarakat digital modern cenderung menuntut lebih banyak kontrol atas data pribadi mereka. Maka, WHOIS Privacy bukan hanya soal menjaga alamat dan nomor telepon tetap tersembunyi, tetapi juga simbol kesadaran baru akan pentingnya privasi di dunia maya.
Artikel tentang WHOIS Privacy ini ditulis ulang oleh : Lukman Azhari | Editor : Micheal Halim
Sumber Informasi : DewaBiz.com